buku · coretan · UAE

Toko Buku di Abu Dhabi

Awal-awal saya datang ke Abu Dhabi, saya merasa keberadaan toko buku tidak sementereng toko buku di Jakarta, termasuk di dalam Mall. Lama-lama saya merasa lumayan juga toko buku di Abu Dhabi ini, walaupun tidak terlalu besar.

Berikut adalah toko buku yang pernah saya kunjungi selama di Abu Dhabi :

  1. Bookstore Mushriff Mall. Koleksi buku bacaan anak-anak dan dewasa tidak terlalu banyak, hanya satu deret rak sepanjang sekitar 3m untuk bacaan anak-anak, satu deret rak sepanjang sekitar 3m untuk bacaan novel remaja/dewasa, dan satu deret rak sepanjang sekitar 3m untuk bacaan umum. Alat tulis, tas sekolah, dan mainan menempati lebih dari setengah area toko buku yang luasnya sekitar 6m x 5m.
  2. Book Corner Marina Mall. Koleksinya jauh lebih lengkap dibandingkan dengan Bookstore Mushriff Mall. Tapi jangan dibandingkan dengan Gramedia, Gunung Agung, dan TM Bookstore yang ada di Jakarta. Buku-buku di Book Corner ini tersusun rapi, tetapi sayang tidak disediakan computer untuk mengecek status buku dan lokasinya bagi para pengunjung. Cara paling gampang adalah langsung bertanya kepada petugas yang siap membantu, dengan catatan kita sudah tahu buku apa yang kita cari. Untuk saya yang suka lihat-lihat, lebih baik langsung menghampiri rak demi rak, terutama rak-rak buku anak-anak. Ada beberapa buku Eric Carle yang menjadi incaran saya jikalau ke Book Corner. Novel dan buku cerita bergambar baru sempat saya lirik saja. Koleksi buku travel untuk Negara-negara GCC cukup lengkap juga di sini.
  3. Al Haramain Book Shop. Sebenarnya lebih tepat disebut toko alat tulis. Toko ini berlokasi di antara deretan ruko-ruko sepanjang Muroor street antara 23 street dan 25 street. Saya hanya melihat Al Quran, Kamus, dan buku-buku mewarnai di toko ini. Selebihnya adalah alat-alat tulis dan teman-temannya.
  4. WH Smith Wahda Mall. Koleksinya lumayan menarik, terutama untuk buku bacaan anak-anak Walaupun koleksi buku anak-anak tidak sebanyak di Book Corner, tetapi ada beberapa buku anak-anak yang ada di WH Smith Wahda Mall tetapi tidak ada di Book Corner Marina Mall. Untuk novel remaja/dewasa, sepertinya standar saja alias tidak jauh beda dengan yang di Book Corner Marina Mall.
  5. Bookshop, di Airport Road dekat dengan Wahda mall. Toko buku ini berada di ruko dan menempati 3 lantai. Satu lantai untuk mainan anak-anak, satu lantai untuk stationary dan pernak pernik, dan satu lantai untuk buku-buku & alat peraga pendidikan. Dan sebenarnya koleksi buku bacaannya tidak terlalu banyak.
  6. Lulu Mushriff Mall. Buku menempati satu rak putar seperti yang biasa dipakai untuk meletakkan kartu pos dan rak panjang 1 meter dengan tinggi sekitar 1.5m dan rak dengan lebar sekiat 1.5m dan tinggi juga 1.5m yang kebanyakan adalah buku mewarnai dan aktivitas anak. Jikalau sedang beruntung, akan mendapatkan buku yang cocok. The Three Billy Goat Gruff saya ambil dari rak tersebut yang kemudian menjadi salah satu bacaan favorit Tole.
  7. Lulu Wahda Mall. Koleksi buku di Lulu Wahda Mall lebih banyak jika dibandingkan Lulu Mushriff Mall. Secara penataan, berantakan menurut saya. Di sini ada buku ”Bermain Bersama Tini” (Marcel Marlier & Gilbert Delahaye) versi bahasa Inggris yang dicetak di India, di mana Tini menjadi Marthine.
  8. Carrefour Airport Road. Buku menempati satu sisi lorong yang berhadapan dengan majalah. Walaupun dengan koleksi buku yang tidak banyak, tetapi lumayan untuk buku cerita agama Islam anak-anak.
  9. Carrefour Marina Mall. Penataannya mirip dengan Carrefour Airport Road.
  10. Borders Abu Dhabi Mall. Saya rasa ini toko buku terbesar dan terlengkap di Abu Dhabi yang pernah saya kunjungi. Ada koleksi buku-buku yang dibundel edisi koleksi. Kolekasi buku-buku anak-anak, buku remaja, dewasa, dan umum lebih beragam. Betah rasanya berlama-lama di sini.

Borders akan segera buka di Wahda mall, yeay….!!

Tetapi toko buku yang saya sebutkan di atas masih belum bisa dibandingkan dengan toko buku Book World Kinokuniya di Dubai mall.

Update tanggal 1 Juli 2015 (akhirnya…)

11. Borders Wahda Mall sudah dibuka beberapa bulan yang lalu. Koleksinya tidak sebanyak Borders Abu Dhabi Mall.

12. Magrudy’s Wahda Mall lokasinya kurang strategis. Walau demikian koleksi bukunya lumayan dan ada juga ruang khusus anak-anak yang didekorasi dengan meriah khas anak-anak. Koleksi buku di Magrudy’s ini lebih beragam dibandingkan dengan koleksi di Borders Wahda Mall.

Jalan · UAE

Kedua Kali ke Dubai

Rencana :

Jumatan di terminal bis Ghubaiba

Makan siang di Karama

Jalan ke Deira Creek

Ke Dubai Mall (Kinokuniya, Dubai Aquarium & Under Water Zoo, dan Fountain Show)

 

Peta Dubai
Peta Dubai

Pada hari H

Jam sepuluh kurang bis Abu Dhabi – Al Ghubaiba Dubai mulai bergerak meninggalkan Abu Dhabi Main Bus Terminal. Harga tiket bis 25 dirham per orang dan tidak dijual tiket berdiri. Bis ini nyaman dengan konfigurasi tempat duduk 2-1. Tempat duduknya empuk dan cukup luas untuk ukuran saya yang mungil. Kapasitas penumpang jikalau penuh adalah 26 orang saja.

02. abu dhabi terminal

Sepanjang perjalanan telinga kami disuguhi lagu-lagu yang iramanya sangat familiar di telinga saya. Tadinya saya kira lagunya Ahmad Albar ternyata bukan, lagunya Titik Puspa ternyata bukan, lagunya Broery Marantika bukan juga, lagunya Nicky Astria bukan juga, lagunya Kiroro bukan juga. Bukan bukan bukan… lagu-lagu tersebut adalah lagu-lagu Filipina. Ternyata Pak Supirnya orang Filipina dan 70% penumpang saat itu adalah orang Filipina.

Sekitar jam 12 siang, kami pun tiba di Al Ghubaiba Bus Terminal. Ayah sholat Jumat di Mesjid terminal. Saya dan Tole menunggu di area terminal. Sempat mampir ke toilet, toilet dipenuhi perempuan-perempuan muda tua berambut panjang dengan pipi merah seperti dioles lipstik.

Setelah sholat Jumat kami menuju stasiun metro (kereta). Stasiun metro Al Ghubaiba ini terletak di bawah tanah. Pintu masuknya berupa bangunan kotak khas Arab. Ada taman bunga di sekitar pintu masuk stasiun.

03. ghubaiba terminal

Kami membeli tiket sekali jalan dengan tujuan Karama. Stasiun Al Ghubaiba yang berada di jalur hijau, mengharuskan kami transfer di stasiun Burjuman untuk kemudian pindah ke jalur merah dan turun di stasiun Karama.

Dari stasiun Karama, kami berjalan kaki menuju rumah makan Indonesia Java Minang. Sampai di lokasi sempat bingung karena tertulis “Mexican Indonesian Food, Bali Chef”. Kami masuk ke rumah makan tersebut. Foto-foto di menu sungguh menggugah selera. Walaupun dari segi rasa tidak terlalu memuaskan tetapi cukup untuk mengobati kangen akan rasa nusantara.

04. karama

Setelah kenyang, kami lanjut berjalan kaki kembali menuju stasiun Karama. Kami membeli tiket sekali jalan lagi tujuan Dubai Mall. Stasiun Karama dan stasiun Dubai Mall berada di jalur yang sama, jalur merah, sehingga kami tidak perlu transfer atau pindah jalur.

Sebentar saja, kami tiba di stasiun Dubai Mall. Ada gedung penghubung antara stasiun dan Mall dan di dalam gedung tersebut ada eskalator datar. Jarak dari stasiun sampai mall sekitar 1-2km.

Tujuan pertama di Dubai Mall adalah toko buku Kinokuniya. Betah rasanya berlama-lama di sana. Namun karena waktu sudah semakin sore, saya pun hanya fokus mencari buku-buku yang sudah dicatat.

Kalau sebelumnya kami hanya berfoto-foto dari luar, kali ini kami membeli tiket masuk ke Dubai Aquarium & Underwater Zoo. Kami membeli tiket diamond seharga 90 dirham per orang dengan paket Aquarium Tunnel, Underwater Zoo, memberi makan ikan dan voucher senilai 10 dirham untuk pembelian suvenir. Tole yang saat itu hampir berumur 4 tahun juga harus membayar sama dengan orang dewasa.

05. dubai aquarium tunnel

Sebelum masuk ke terowongan akuarium, kami diberikan cupcake sebagai welcome snack. Masuk ke terowongan akuarium dan kecewa, terowongannya pendek. Supaya tidak terlalu kecewa, kami berlama-lama di dalam terowongan. Beberapa kali kami menolak untuk difoto, walaupun akhirnya kami mau difoto oleh petugas foto yang berada di dalam terowongan.

Keluar dari terowongan, salah satu dari mbak petugas sudah siap menyambut kami dengan menunjukkan foto kami yang telah dicetak dan disampul. Saya tanya berapa harus bayar untuk foto kami. “300 dirhams”, katanya. Teramat mahal buat saya, saya tidak mau ambil foto kami. Mbak tersebut masih mencoba merayu saya; 300 dirham itu termasuk foto dengan sampul, bola air yang di dalamnya ada foto kami, dan 3 buah gantungan kunci dengan foto kami. Tetap saja mahal buat saya.

Lanjut ke Underwater Zoo yang berada satu lantai di atas Aquarium Tunnel. Masuk ke Underwater Zoo mengobati rasa kecewa saya di Aquarium Tunnel. Koleksinya menarik dan suasananya pun dibuat menarik. Ada juga hewan malam seperti kelelawar yang kandangnya dibuat gelap seperti malam. Sedikit uji nyali yaitu melintasi jembatan gantung dari kayu yang hanya cukup untuk satu orang, Tole minta digendong.

06. underwater zoo

Saatnya memberi makan ikan. Masing-masing orang diberikan toples kecil berisi makan ikan. Sebelum benar-benar memberi makan ikan kami diajak berkeliling dan dijelaskan secara singkat mengenai peralatan menyelam, tempat karantina ikan yang sakit, dan tentu saja tentang ikan-ikan yang akan diberi makan. “Plung…”, saatnya melempar makanan ikan. Ikan pun berlomba-lomba memperebutkan makanannya.

Voucher souvenir 10 dirham dikalikan 3, jadi kami punya voucher 30 dirham. Sayang kalau tidak dimanfaatkan. Setelah memilah-milih souvenir dan membayar kelebihannya, kami pun keluar mall.

Kami bergerak keluar mall dengan mengikuti petunjuk arah “Dancing Fountain”. Kerumunan orang memadati area yang potensial untuk menikmati air mancur. Kami berusaha mencari posisi yang pas namun sepertinya sudah padat semua. Untunglah ada bapak-bapak bule yang memberikan tempat ke saya. Dan Tole pun cukup disunggi Ayah.

Jam 8 kurang 5 menit dan kami belum tahu kapan air mancur akan muncul. Kami membuat kesepakatan kalau jam 8 air mancur tidak muncul, maka kami pulang. Sambil menunggu jam 8, sambil ambil foto-foto Burj Khalifa, menikmati danau buatan, dan melihat perahu yang melintas.

Tepat jam 8, air mancur mulai menari di hadapan kami. Cantik dan menarik…!!

Air mancur usai beratraksi dan kami pun bergerak menuju stasiun Dubai mall. Kami membeli tiket kereta sekali jalan dengan tujuan stasiun Ibn Batuta. Sampai di stasiun Ibn Batuta, kami jalan menuju terminal bis Ibn Batuta. Ayah membeli tiket, saya dan Tole menunggu di halte. Tole sudah terlelap sejak dalam perjalanan stasiun Dubai mall dan Ibn Batuta.

“Kok silver, Yah?”, tanya saya ketika Ayah menyodori saya kartu Nol warna silver.

“Dikasihnya kartu ini,”, kata Ayah.

“Berapa?”, tanya saya lagi.

“35 dirham. Kartunya 6 dirham. Nanti kita pake buat bayar bis 25 dirham. Besok-besok kalau ke Dubai lagi, kita tinngal isi kartu ini aja.”, Ayah menjelaskan.

07. nol

Jam 9 malam, bis tujuan Abu Dhabi bergerak meninggalkan terminal bis Ibn Batuta. Bis selanjutnya akan berangkat jam 10 malam. Saya menghitung orang yang mengantri. Ada rasa khawatir juga jikalau kami tidak dapat terangkut di bis jam 10 malam dan bis terakhir adalah satu jam kemudian, jam 11 malam.

Jam 9.30, bis tujuan Abu Dhabi datang. Para penumpang masuk satu per satu sampai tiba giliran kami masuk. Alhamdulillah… kami sudah di dalam bis, setidaknya kami tidak harus menunggu bis berikutnya. Bis yang kami tumpangi ini berkapasitas 46 tempat duduk. Tadinya kami pikir ini adalah bis tambahan ternyata bis ini berangkat tepat jam 10 malam dari terminal Ibn Batuta.

Waktu tempuh perjalanan bis dari terminal Ibn Batuta sampai di terminal Abu Dhabi adalah 1.5 jam. Welcome home… Abu Dhabi, kami kembali…

coretan · UAE

Pengalaman dengan Etisalat Mobile

Saya biasa daftar paket 1G untuk 1 bulan seharga 99 dirham dan setiap daftar selalu memilih menu one time subscription. Suatu kali saya mencoba daftar paket Social Data (untuk facebook dan whatsapp) seharga 49 dirham dan paket 100MB seharga 29 dirham untuk pemakaian 1 bulan di hari yang sama dengan selang waktu tidak sampai 5 menit. Dan saya memilih menu one time subscription juga.

Sekitar seminggu sebelum 1 bulan, paket 100MB saya habis. Otomatis saya tidak bisa internetan di smartphone. Buka facebook, gambar-gambarnya hanya abu-abu. Ada gambar masuk via whatsapp, tidak bisa diunduh.

Karena gatal, saya beli pulsa 100 dirham dan daftar paket 1GB seharga 99 dirham dengan menu one time subscription. Beberapa hari kemudian setelah lebih 1 bulan dari saya mendaftar paket Social Data, saya membeli pulsa 50 dirham untuk keperluan menelpon. Tidak sampai 1 menit pulsa saya langsung terpotong 49 dirham untuk perpanjangan paket Social Data. Baiklah mungkin untuk ke depannya memang lebih hemat daftar paket Social Data dan paket 100MB daripada per bulannya daftar 1GB.

Sebulan kemudian saya isi pulsa 100 dirham tujuannya untuk daftar paket Social Data dan paket 100MB. Tiba-tiba pulsa saya terpotong 99 dirham untuk paket 1G, padahal seingat saya bulan lalu saya memilih menu one time subscription. Akhirnya saya coba batalkan paket 1G. Saya dapat sms, pembatalan berhasil. Saya tunggu-tunggu ternyata walaupun pembatalan berhasil tapi pulsa saya tidak kembali. Saya coba menelpon Customer Care, tetapi saya tidak cukup sabar mendengarkan iklan-iklan promo sampai tersambung ke operator.

Merasa diperas Etisalat, saya tidak mau mengisi pulsa lebih dari 50 dirham lagi.

3 hari kemudian, saya datang ke konter Etisalat di Mushriff Mall. Saya mendapatkan nomer antrian 185, sedangkan nomer yang sedang dilayani adalah 153. Sudah jam 8 malam, saya menyerah. Saya pulang.

Saya cek *170*1# untuk mengecek paket apa yang terdaftar di nomer saya, jawabannya saya tidak terdaftar dalam paket apapun. Tetapi kenyataannya setiap hari pulsa saya dipotong 2 dirham untuk paket Social Data harian. Pulsa saya habis dan saya belum berniat isi pulsa lagi.

Seminggu kemudian kami jalan-jalan ke pusat perbelanjaan Madinat Zayed. Ketika hendak pulang Ayah mengingatkan saya jikalau mau mampir ke konter Etisalat yang kebetulan kami lewati itu.

Saya ambil nomer antrian dan dapat nomer 173. Nomer yang sedang dilayani saat itu adalah nomer 160. Dan kali ini saya harus sabar menunggu antrian.

Tiba giliran saya, pertama yang saya tanyakan ke Customer Service Officer (CSO) adalah pulsa saya yang 99 dirham. Saya mau pulsa saya kembali. Tetapi jawabnya, “tidak bisa”.

Baiklah, yang kedua adalah paket apa saya yang terdaftar di nomer saya. “Paket Social Data”, jawabnya. Saya mau dibersihkan dari segala paket yang terdaftar di nomer saya. Dan semua paket dibersihkan dari nomer saya. Di situ CSO mengirim SMS ke 1010 dengan isi pesan “HC”.

“Apa itu?”, tanya saya.

“Cara kalau mau cancel semua paket.”, kata CSO.

Lain kali harus diingat-ingat ini. Ketik “HC”, kirim SMS ke 1010.

“Terima kasih, Pak.”, saya mengakhiri sesi di konter Etisalat sore itu.

Untuk membuktikan kalau paket saya sudah bersih, saya mengisi pulsa 100 dirham. Dag dig dug… Alhamdulillah… pulsa tidak langsung terpotong untuk paket apapun. Hampir saya terlena mau langsung daftar paket 1G seharga 99 dirham, untung Ayah mengingatkan. Akhirnya saya hanya daftar paket 100MB seharga 29 dirham saja dan harus digunakan secara bijak.