Judul buku: The School
Penulis: Wini Afiati
Penerbit: Lovrinz
Jumlah halaman: 184
***
Maju mundur saya mau menuliskan kesan dari membaca buku ini karena saya sudah langsung ngobrol dengan penulisnya. Hehehe…
Penulis buku ini adalah teman saya sejak masa SMA. Dulu dia terkenal karena jago menggambar dan jadi langganan apabila ada lomba menggambar. Selepas SMA dia masuk kuliah jurusan arsitektur. Namun sekarang dia produktif menulis buku. Ada beberapa buku solo yang sudah dia telurkan, yang menjadi favorit saya adalah kisah petualangan Will dan Way.
Kembali ke The School, buku ini menceritakan kisah Bu Anna mengungkap kasus kematian seorang murid di tempat dia mengajar. Bu Anna ini adalah seorang school counselor atau biasa disebut guru BK.
Kisah di buku ini bukanlah kisah kriminal. Ritme Bu Anna mengungkap kasus ini mengingatkan saya akan Ms. Maple di buku Agatha Christie. Semoga saya tak salah ingat. Bu Anna juga dibantu oleh suaminya yang merupakan seorang detektif.
Dengan membaca buku ini, saya mendapatkan gambaran yang jauh berbeda dengan bayangan saya mengenai ruang BK dan guru BK itu sendiri. Di buku ini saya mendapatkan gambaran bahwa ruang BK itu sangat nyaman dengan deskripsi ada sofa empuk dan berbagai minuman dan makanan ringan. Apalagi dengan Bu Anna sebagai seorang guru BK. Beliau begitu akrab dan hangat terhadap murid-muridnya. Sebuah gambaran yang sangat ideal yang jauh dari situasi saat saya masih SMA dulu. Zaman sudah berubah dan atau memang kualitas sekolahnya sehingga bisa memberikan pelayanan seperti itu.
Pada awal-awal membaca buku, saya merasa kurang nyaman dengan pemilihan beberapa kata, ketidakkonsistenan penggunaan kata, dan beberapa kalimat. Lalu saya membuka halaman depan dan mencari nama editor, ternyata tidak ada. Dan setelah saya konfirmasi ke penulis, buku tersebut memang tanpa editor. Jadi Wini mengikuti parade menulis 30 hari yang diadakan oleh penerbit indie untuk menghilangkan penasaran apakah dia bisa membuat cerita misteri detektif. Dan itu adalah cerita pertamanya dalam genre tersebut. Kelemahan mengikuti parade tersebut adalah tidak ada editor dan kalaupun ada hanya sebatas cek typo.
Kemudian saya bisa mulai menikmati aliran ceritanya walaupun terlalu banyak distraksi menurut saya. Beberapa konflik rumah tangga cukup mengganggu karena memiliki porsi yang cukup besar di situ.
Over all, saya masih bisa menikmati buku tersebut. Dan saya salut atas kesungguhannya terjun di dunia kepenulisan. Sukses dan terus berkarya ya, Win!