coretan · Jalan · KSA · Tanah Suci

Umroh Bareng KMMI AUH 2015 Part 3

Mengumpulkan Catatan Perjalanan Yang Tercecer

2 April 2015

Ada penawaran city tour ke Jeddah dengan biaya 25 SAR per kursi dengan guide yang akan menjelaskan tempat yang akan dikunjungi. Karena kami belum pernah, maka kami tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.

Menurut info kami akan mengunjungi Laut Merah, Mesjid Apung, Mesjid Qisas, Corniche dan Souk.

Sekitar jam 10 pagi kami berkumpul di depan hotel dan masuk ke dalam bis yang tidak harus sesuai dengan bis sebelumnya. Karena ini adalah tur di luar paket.

Tujuan pertama adalah Laut Merah. Dan ternyata Laut Merah dan Masjid Apung berada di lokasi yang sama. Sebenarnya bukan juga Masjid Apung Masjid Ar Rahman karena ada piling-piling di bawah bangunan Masjid.

17. Masjid Terapung
Masjid Terapung

Kami bebas bergerak di sepanjang area Laut Merah dan Masjid Apung. Tidak nampak ada guide yang akan memberikan penjelasan. Saya malah mendapatkan penjelasan mengenai Masjid Apung dari ibu-ibu yang sudah lama tinggal di Jeddah yang sedang janjian dengan saudaranya yang umroh dari tanah air.

Setelah cukup lama di sekitar area tepi laut merah, kami kembali ke bis. Dan bis bergerak yang saya kira kami akan ke masjid Qisas. Walaupun menurut informasi qisas hanya dilaksanakan pada hari Jumat, tetapi kami tetap ingin melihat masjid Qisas.

18.-laut-merah.jpg
Laut Merah

Tiba-tiba bis parkir di suatu tempat yang dari dalam bis saya membaca bangunan bertuliskan Corniche Comercial Center yang ternyata dikenal dengan pasar Balad. Dan kami diberitahu kalau kami sudah sampai di area Souk.

Ternyata itu adalah daerah Balad yang memang terkenal bagi jamaah haji/umroh dari tanah air.

Dan kami pun turun menuju Corniche Comercial Center itu dan keliling di dalam gedung tersebut. Mirip seperti Pasar Tanah Abang di Jakarta. Toko-toko masih banyak yang tutup saat itu.

Setelah bosan berkeliling tanpa belanja, kami makan siang di Bakso Mang Oedin yang berada di salah satu pojokan gedung tersebut.

Kemudian kami kembali ke Mekkah. Sampai di Mekkah sudah sekitar jam 5.30. Kami bergegas jalan untuk sholat maghrib di Masjidil Haram. Tetapi kami sampai masuk ke dalam masjid karena iqamat telah berkumandang saat kami sampai di pelataran masjid.

 

Kami tidak mau pulang ke hotel sampai saatnya Isya. Tapi Tole merengek minta eggy-eggy, coklat bentuk telur yang isinya mainan. Ributnya bukan main, minta 20 eggy. Ayahe Tole sudah mulai senewen karena cukup lelah menyunggi Tole. Saya selalu berusaha menghindari berdebat selama di tanah suci.

Kami pun masuk ke mall yang berada di pelataran masjid. Bertanya sana sini di mana supermarket atau sejenis, tetapi yang ditanya tidak memberikan jawaban arah yang jelas. Sampai satu saat kami bertemu dengan jemaah dari Indonesia yang sedang berjalan di mall itu. Dan ibu dan bapak itu dapat langsung memberikan arah yang jelas menuju supermarket yang dimaksud, namanya Bin Dawood.

Setelah sampai dan ketemu dengan eggy-eggy itu, Tole tetap kekeuh mau minta 20 eggy. Kami bernegosiasi, Tole bisa ambil sebanyak yang bisa Tole bawa. Tadinya saya pikir Tole hanya bisa membawa maksimal 3 eggy. Ternyata saya salah, Tole lebih pintar dalam mengambil dan membawa sampai ke kasir. Tole bisa membawa 5 eggy. Untung Tole belum terpikir untuk membawa eggy dengan menggunakan baju, yang istilah Betawinya dikadutin.

Alhamdulillah, saat sholat Isya kami di bagian dalam Masjidil Haram.

Sekitar jam 11 malam sebelum tidur, kami ditelpon panitia bahwa esok hari rombongan akan berangkat ke Jeddah jam 11 siang.

3 April 2015

Hari ini kami harus bersiap kembali ke UAE, sehari lebih cepat daripada info saat pendaftaran.

15. Under construction
Masjidil Haram sedang pembangunan saat itu

Pagi hari kami mendapat informasi dari beberapa teman yang ikut pertemuan semalam bahwa kami akan berangkat ke Jeddah jam 10, sehingga bisa mampir di masjid dan sholat Jumat di Jeddah.

Namun kenyataannya, baru 4 orang yang siap di dalam bis. Rombongan baru siap sekitar jam 11 siang. Dan kami berangkat menuju Jeddah.

Belum lagi meninggalkan Mekkah, saya sudah rindu akan Masjidil Haram. Sepanjang perjalanan menuju masjid, saya mencoba memperhatikan jalan. Saya membaca tugu perbatasan “End of Haram Boundaries”, saya melihat masjid Tan’im (masjid yang digunakan untuk mengambil miqat untuk umroh ke-2 atau ke-3. Nabi dan sahabat tidak pernah melakukannya), Universitas King Abdul Aziz. Itu hanya sekelumit yang bisa saya tangkap dengan mata.

Kami tiba di bandara antara jam 1-2 siang. Sempat mampir ke terminal FlyDubai karena hendak menjemput seseorang, katanya. Bagasi bis kami sempat dibuka karena ada rombongan yang akan terbang dengan FlyDubai merasa kehilangan tasnya. Untunglah tasnya memang berada di bagasi bis kami. Kami terbang menuju Dubai dengan Flynas Air, Saudi Arabia low-cost airline.

Sambil menunggu saat check-in, kami sholat dan makan siang. Air zam zam 5 liter juga diambil di bandara dengan menunjukkan paspor. Satu paspor mendapatkan 5 liter air zamzam. Apabila ingin wrapping, satu kemasan seharga 7 SAR. Dan petugas tidak mau menggabungkan 2 pak menjadi satu kantong wrap.

Begitu check-in kami langsung masuk ke boarding room. Dan sambil menunggu waktu masuk pesawat, kami lihat-lihat toko-toko. Tidak ada yang menarik kecuali mainan bagi anak-anak. Satu anak beli kipas bertenaga baterai dari salah satu merk coklat, anak-anak lainpun merengek minta dibelikan.

Pintu belum lagi dibuka tetapi kami para calon penumpang sudah disuruh ngantri dengan ketersediaan tempat yang terbatas. Setelah berdiri sekitar 1 jam, akhirnya pintu dibuka. Kami bergerak perlahan menuju petugas.setelah melewati petugas, kami naik bis sebelum masuk pesawat.

Pesawat terbang sekitar jam 5.30, 30menit terlambat dari jadwal. Pak Pilot langsung tancap gas ngebut dan berbelok dengan kemiringan sangat tajam. Jangan-jangan sesungguhnya pilotnya adalah pilot pesawat tempur. Diinformasikan dari pengeras suara kalau penerbangan kali ini akan sangat cepat karena pesawat sudah terlambat dan agar kembali ke Jeddah dari Dubai tidak terlalu terlambat.

Entah jam berapa kami sampai Dubai. Tapi yang jelas, kami cukup jauh berjalan sampai pintu keluar dan menunggu bis menuju Abu Dhabi.

4 April 2015

Dalam perjalanan Dubai ke Abu Dhabi, kami sempat terlelap. Dan akhirnya kami sampai di KBRI Abu Dhabi sekitar jam 2 dini hari.

Untunglah pulang ke rumahnya kami bisa menumpang di mobil keluarga seorang teman, sehingga tak sampai 30 menit kemudian kami sudah sampai di rumah.

Nampaknya ada badai pasir selama kami pergi ditinggal, bertebaran pasir di flat tempat tinggal kami dan jendela kami dalam posisi terbuka saat kami tiba. Saya hanya membersihkan tempat tidur sekadarnya. Tole yang sudah terlelap sejak di dalam bis, tidak terbangun lagi ketika saya rebahkan di tempat tidur.

Alhamdulillah perjalanan kami lancar dan selamat sampai rumah kembali.

Selesai.

coretan · Jalan · KSA · Tanah Suci

Umroh Bareng KMMI AUH 2015 Part 2

Mengumpulkan Catatan Perjalanan Yang Tercecer

31 Maret 2015

Jam 10 pagi kami check-out hotel di Madinah.

Bis kami menuju Jabal Uhud dan kuburan para syuhada. Turun dari bis kami dapat melihat peta pergerakan kaum muslimin dan musyrikin dalam perang Uhud.

07. Peta Perang Uhud
Peta Perang Uhud

Berjalan maju sedikit ada kuburan para syuhada yang telah dipagari. Tidak ada terlihat nisan. Kami hanya bisa mengintip dari beberapa lubang di pagar.

08. Kuburan Para Syuhada dari luar
Makam para Syuhada

Berjalan maju lagi ada Jabal Uhud. Kami naik hanya ½ bukit saja, karena ramai sekali di puncak.

09.-jabal-uhud.jpg
Jabal Uhud

Selanjutnya kami ke pasar kurma. Bukan seperti pasar sesungguhnya. Hanya seperti toko kecil yang menjual berbagai macam kurma yang di bagian belakangnya ada beberapa pohon kurma.

10. Pasar Kurma
Pasar Kurma

Setelah dari pasar kurma, kami menuju masjid Al Qiblatain.

11. Masjid Al Qiblatain
Masjid Qiblatain

Dari masjid Qiblatain, kami menuju masjid Quba.

12. Masjid Quba
Masjid Quba

Dan lanjut ke masjid miqat di Bir Ali Dzulhulaifah.

kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Mekkah.

Bis kami sampai di hotel Mekkah jam 10 malam waktu KSA.

Jam 11 malam, kami janjian berangkat bareng ke Masjidil Haram. Kami sepakat untuk membayar pembimbing, tepatnya guide sebesar 20 SAR per orang dewasa.

Sebelum masuk ke masjidil haram, kami berusaha untuk mendapatkan kursi roda yang diperuntukan buat anak-anak. tetapi karena dengan kursi roda tidak diperbolehkan tawaf di samping ka’bah melainkan harus tawaf di lantai 2 atau 3, maka kami urungkan niat menggunakan kursi roda. Bagi yang mempunyai anak balita, siap-siap menggendong selama tawaf. Dan Ayahe Tole nyunggi Tole selama tawaf.

Kami diarahkan masuk dari pintu King Fahd. Dan kami bergerak menuju ka’bah. Kami sepakat jikalau terpisah selama tawaf, maka setelah tawaf selesai kami janjian di dekat lampu hijau tempat berawalnya tawaf.

14.-gate-king-fahd.jpg
Pintu King Fahd

1 April 2015

Rombongan kami terpencar-pencar. Kami sekeluarga inti tetap bersama selama tawaf hingga selesai dan menuju sekitar lampu hijau untuk berkumpul dengan rombongan yang lain.

13. Ka'bah

Setelah rombongan terkumpul, kami menuju tempai sa’i yaitu Shofa dan Marwa. Jauh dari bayangan saya, kalau ternyata Shofa dan Marwa telah berlantaikan marmer dengan penyejuk udara dan tidak nampak seperti bukit.

Setelah sa’i dan tahalul, kami sama-sama ke tempat barber shop untuk menggundul rambut bagi para lelaki.

Dan sebelum pulang ke hotel, kami membeli makanan. Sampai di kamar hotel sekitar 2.30 dini hari. Jarak hotel ke Masjidil Haram sekitar 1.2 km dan harus ditempuh dengan shuttle bus.

Sekitar jam 10 pagi, kami mendapatkan informasi dari panitia jikalau nanti jam 4 sore akan Ziarah to Jabal Tsur,Jabal Nur, Arofah, Jabal Rahmah, Muzdalifah, Mina.

Jam 4 sore, kami sudah bersiap berangkat. Pertama kami berhenti di suatu tempat. Kami bingung, tempat apa ini. Dan setelah bertanya baru disebutkan kalau gunung tersebut merupakan Jabal Tsur.

Selanjutnya kami menuju Jabal Rahmah dan Arofah. Ada penjaja unta di sana. Dari awal kami sudah diingatkan agar berhati-hati apabila ditawari foto di unta dan menunggang unta karena akan ada modus pemerasan.

16. Jabal Rahmah
Jabal Rahmah

Selanjutnya kami melewati Mina, Muzdalifah dan tempat melempar jumroh. Ada rel kereta yang ternyata hanya digunakan pada musim haji untuk mengangkut jamaah dari Mina ke Arafah dan sebaliknya.

Kami hanya melihat Goa Hira dari kejauhan.

Menjelang maghrib, beberapa kami berharap disudahi saja tur ini dan bis langsung mengantar kami ke Masjidil Haram. Tetapi ternyata kami ke tempat pengambilan air zam zam yang ternyata air zam zam kami tidak bisa diambil di sana.

Sampai di hotel jam 6.30 malam. Kami ketinggalan sholat jamaah di Masjidil Haram. Dan kami harus segera bergegas ke Masjidil Haram untuk sholat Isya.

Baru sampai di pelataran Masjid, qamat telah berkumandang. Kami segera mencari tempat yang paling terjangkau untuk sholat.

Setelah sholat Isya, kami menyempatkan tawaf Sunnah. Selama 4 putaran pertama, kami bertiga bersama dengan Tole yang tidur digendong bergantian oleh saya atau Ayahe Tole. Setelah itu kami bergantian menyelesaikan tawaf tanpa menggendong.

Bersambung…

coretan · Jalan · KSA · Tanah Suci

Umroh Bareng KMMI AUH 2015 Part 1

Mengumpulkan Catatan Perjalanan Yang Tercecer

Hari keberangkatan

28 Maret 2015

12.30 dini hari waktu UAE, keluarga kecil kami dijemput oleh teman sekeluarga menuju KBRI Abu Dhabi, UAE. Hampir semua peserta yang tergabung dalam kelompok kami sudah datang.

Kami datang, langsung mengambil paspor yang telah tertempel visa, kami masuk ke dalam bis dan duduk sesuai dengan denah yang telah diberikan panitia. Barang bawaan telah masuk ke dalam bagasi bis.

Bis berangkat sekitar jam 01.30 menuju bandara RAK (Ras Al Khaimah, salah satu Emirate di UAE).

Ternyata menuju bandara RAK di pagi buta cukup membuat supir bis bingung, karena jalan menjelang masuk area bandara tidak ada penerangan lampu.

Kami tiba di bandara RAK sekitar jam 4.30. Bandara RAK merupakan bandara kecil dan sepi, yang lokasinya entah di antah berantah (versi saya). Hanya ada beberapa calon penumpang yang check-in selain rombongan kami. Dan sepertinya hanya pesawat AirArabia menuju Jeddah yang akan terbang pagi itu.

Proses check-in memakan waktu cukup lama. Untunglah kesalahan nama saya yang tercetak di tiket tidak dipersoalkan oleh petugas.

Untuk kesalahan nama saya, sebelumnya pun sudah diinformasikan ke panitia. Sudah diperbaiki tetapi tetap salah. Sampai akhirnya issue tiket, nama masih salah. Dan dikonfirmasi ke panitia, katanya tidak masalah. Untunglah benar-benar tidak dipermasalahkan.

Setelah selesai proses check-in, kami bergegas sholat subuh karena mentari akan segera terbit.

Sekitar 7.30, pesawat siap terbang. 10 menit lebih cepat dari jadwal.

Kira-kira jam 9.30 waktu KSA, kami mendarat di Jeddah (UAE lebih cepat 1 jam daripada KSA).

Proses imigrasi di bandara Jeddah tidak terlalu lama di bagian perempuan. Namun di tempat laki-laki, antrian mengular.

Sementara menunggu bapak-bapaknya lolos dari imigrasi, ibu-ibunya berjaga di depan conveyor siap untuk mengambil barang bawaan.

Setelah menunggu sekitar 2.5 jam, akhirnya ada kejelasan. Kami berjalan menuju tempat parkir bis dan kami naik bis menuju Madinah.

Tak jauh setelah keluar dari bandara, bis kami berhenti. Walaupun sudah diinfokan dari awal kalau kali ini bis berhenti sebentar untuk sekedar beli minuman atau ke toilet, namun ada beberapa yang berjalan agak jauh untuk membeli makan siang yang sesuai dengan selera. Maklumlah memang sudah saatnya makan siang. Terlebih lagi kebanyakan dari kami tidak sarapan dan kalaupun sarapan di pesawat dengan menu ala kadarnya khas pesawat budget.

Setelah rombongan lengkap, bis melaju ke arah Madinah. Setelah melaju selama sekitar 1-2 jam, bis berhenti dan dipersilahkan bagi yang mau makan dan sholat.

Setelah selesai dengan makan dan sholat, kami melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Bis selalu mengambil lajur yang paling kanan, sementara dari kiri kendaraan lain selalu menyalip. Lambat sekali terasa perjalanan ini. Pemandangan kanan kiri ada gunung batu dan padang pasir. Di area tertentu ada peternakan unta.

Kami tiba di hotel di Madinah sekitar jam 7 sore. Sampai di hotel pun, kamar belum siap. Kami harus menunggu hingga kamarnya siap.

Malam itu kami menyempatkan ke masjid Nabawi yang jaraknya sekitar 750 m dari hotel. Saya tidak boleh masuk ke dalam masjid, padahal baru jam 9 malam. Dan akhirnya saya pun sholat di pelataran masjid. Setelah dari masjid kami mencari makan malam ke arah utara masjid.

04. Masjid Nabawi 2

Kembali ke hotel dengan kondisi yang sangat lelah. Namun dalam perjalanan pulang ke hotel, kami melihat beberapa tempat makan di belakang hotel. Saat berangkat, kami tidak memperhatikan tempat tersebut. Tahu begitu, kami tidak usah jauh-jauh ke arah utara masjid. Lokasi hotel kami sebelah barat masjid.

05. Masjid Nabawi 3

29-30 Maret 2015

01. Nabawi 1

Maksud hati selalu bisa sholat di masjid Nabawi, tetapi kami juga harus fleksibel karena kami membawa balita. Tole kami ini gendongan, hobinya digendong. Terkadang kami harus merayu dengan membelikan mainan agar Tole mau jalan kaki.

06. Nyunggi Tole

Dari hotel menuju masjid, kami melewati toko-toko dan pedagang kaki lima.

Kami juga melewati masjid Al Ghamamah dan masjid Abu Bakar.

03. Masjid Al Ghamamah
Masjid Al Ghamamah yang sekarang tanpa pagar
03. Masjid Al Ghamamah
Masjid Abu Bakar

Menggapai Rawdah

Ada jam-jam tertentu rawdah dibuka untuk perempuan. Dan melalui pintu-pintu tertentu.

29 Maret selepas sholat Isya. Ayahe Tole menawarkan saya jikalau mau masuk rawdah, Ayahe Tole akan bersama Tole menunggu di luar. Karena Ayah melihat, jalan untuk perempuan menuju rawdah sudah mulai dibuat (dipagari dengan terpal putih). Tentu saja saya tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Saya masuk ke pintu yang memang dibuka untuk menuju rawdah. Setelah di dalam masjid, ada askar yang mengarahkan saya untuk ke arah tertentu dan duduk di tempat tertentu.

“Ibu-ibu di sini…”

“Ibu-ibu duduk di sini…”

Saya masuk di kelompok orang Malaysia/Melayu.

Beberapa saat saya duduk, kami digiring ke tempat lain yang tadinya saya kira kami akan digiring masuk rawdah. Tetapi kami digiring ke tempat lain lagi. Demikian terus sampai beberapa kali. Beberapa jamaah mulai tidak sabar, dan berlari mengikuti rombongan yang telah lebih dahulu dipersilahkan bergerak. Teriakan askar untuk tetap bersabar bagi Melayu tidak dihiraukan.

Saya pun mulai tidak sabar. Tapi tidak ada sedikit pun keinginan untuk menyerobot. Sudah hampir jam 11 malam. 2.5 jam sudah saya menanti giliran masuk rawdah. Semoga Ayahe Tole dan Tole masih bersabar menunggu saya. Kami tidak memperkirakan akan selama ini.

Saya berkata pada diri sendiri, jikalau sampai jam 11 malam belum mendapat giliran masuk rawdah saya akan keluar masjid. Sekitar 2-3 menit menjelang jam 11 malam, kelompok Melayu dipersilahkan masuk rawdah. Saya bergegas dan begitu mendapati karpet hijau, saya sholat Sunnah 2 rakaat dan langsung pergi meninggalkan rawdah dan keluar masjid.

Ayahe Tole dan Tole sudah lelah menunggu saya. Sungguh saya bersyukur, sholat saya di rawdah nyaris tidak ada gangguan. Saya dapat sujud dengan leluasa. Namun saya masih ingin kembali ke rawdah lagi untuk dapat berdoa lebih khusyuk.

Keesokan harinya setelah sholat Dhuha, saya mencoba masuk ke rawdah lagi. Tetapi sayang, ketika saya tiba di dalam masjid dikatakan waktunya telah habis.

Bersambung…

Note : KMMI AUH (Keluarga Masyarakat Muslim Indonesia di Abu Dhabi, UAE).

coretan · Jalan · KSA · Tanah Suci

Merindu Tanah Suci

Beberapa hari ini aku terbayang-bayang terus akan tanah suci, terbayang-bayang tentang rencana kami ke tanah suci ketika usia Tole 11 tahun, terbayang-bayang akan pengalaman umroh lalu ketika Tole berusia 4 tahun.

Ka'bah

Perasaan dan pikiran campur aduk bagaimana supaya target 2 tahun lagi tercapai.

Saat didera rindu itulah, aku menemukan tulisan dan foto-foto perjalanan umroh Maret – April 2015 bersama KMMI AUH (Keluarga Masyarakat Muslim Indonesia di Abu Dhabi, UAE), kota di mana kami tinggal saat itu.

Tulisan dan beberapa foto akan saya posting setelah ini sebagai obat rindu.