Mengumpulkan Catatan Perjalanan Yang Tercecer
2 April 2015
Ada penawaran city tour ke Jeddah dengan biaya 25 SAR per kursi dengan guide yang akan menjelaskan tempat yang akan dikunjungi. Karena kami belum pernah, maka kami tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Menurut info kami akan mengunjungi Laut Merah, Mesjid Apung, Mesjid Qisas, Corniche dan Souk.
Sekitar jam 10 pagi kami berkumpul di depan hotel dan masuk ke dalam bis yang tidak harus sesuai dengan bis sebelumnya. Karena ini adalah tur di luar paket.
Tujuan pertama adalah Laut Merah. Dan ternyata Laut Merah dan Masjid Apung berada di lokasi yang sama. Sebenarnya bukan juga Masjid Apung Masjid Ar Rahman karena ada piling-piling di bawah bangunan Masjid.
Kami bebas bergerak di sepanjang area Laut Merah dan Masjid Apung. Tidak nampak ada guide yang akan memberikan penjelasan. Saya malah mendapatkan penjelasan mengenai Masjid Apung dari ibu-ibu yang sudah lama tinggal di Jeddah yang sedang janjian dengan saudaranya yang umroh dari tanah air.
Setelah cukup lama di sekitar area tepi laut merah, kami kembali ke bis. Dan bis bergerak yang saya kira kami akan ke masjid Qisas. Walaupun menurut informasi qisas hanya dilaksanakan pada hari Jumat, tetapi kami tetap ingin melihat masjid Qisas.
Tiba-tiba bis parkir di suatu tempat yang dari dalam bis saya membaca bangunan bertuliskan Corniche Comercial Center yang ternyata dikenal dengan pasar Balad. Dan kami diberitahu kalau kami sudah sampai di area Souk.
Ternyata itu adalah daerah Balad yang memang terkenal bagi jamaah haji/umroh dari tanah air.
Dan kami pun turun menuju Corniche Comercial Center itu dan keliling di dalam gedung tersebut. Mirip seperti Pasar Tanah Abang di Jakarta. Toko-toko masih banyak yang tutup saat itu.
Setelah bosan berkeliling tanpa belanja, kami makan siang di Bakso Mang Oedin yang berada di salah satu pojokan gedung tersebut.
Kemudian kami kembali ke Mekkah. Sampai di Mekkah sudah sekitar jam 5.30. Kami bergegas jalan untuk sholat maghrib di Masjidil Haram. Tetapi kami sampai masuk ke dalam masjid karena iqamat telah berkumandang saat kami sampai di pelataran masjid.
Kami tidak mau pulang ke hotel sampai saatnya Isya. Tapi Tole merengek minta eggy-eggy, coklat bentuk telur yang isinya mainan. Ributnya bukan main, minta 20 eggy. Ayahe Tole sudah mulai senewen karena cukup lelah menyunggi Tole. Saya selalu berusaha menghindari berdebat selama di tanah suci.
Kami pun masuk ke mall yang berada di pelataran masjid. Bertanya sana sini di mana supermarket atau sejenis, tetapi yang ditanya tidak memberikan jawaban arah yang jelas. Sampai satu saat kami bertemu dengan jemaah dari Indonesia yang sedang berjalan di mall itu. Dan ibu dan bapak itu dapat langsung memberikan arah yang jelas menuju supermarket yang dimaksud, namanya Bin Dawood.
Setelah sampai dan ketemu dengan eggy-eggy itu, Tole tetap kekeuh mau minta 20 eggy. Kami bernegosiasi, Tole bisa ambil sebanyak yang bisa Tole bawa. Tadinya saya pikir Tole hanya bisa membawa maksimal 3 eggy. Ternyata saya salah, Tole lebih pintar dalam mengambil dan membawa sampai ke kasir. Tole bisa membawa 5 eggy. Untung Tole belum terpikir untuk membawa eggy dengan menggunakan baju, yang istilah Betawinya dikadutin.
Alhamdulillah, saat sholat Isya kami di bagian dalam Masjidil Haram.
Sekitar jam 11 malam sebelum tidur, kami ditelpon panitia bahwa esok hari rombongan akan berangkat ke Jeddah jam 11 siang.
3 April 2015
Hari ini kami harus bersiap kembali ke UAE, sehari lebih cepat daripada info saat pendaftaran.
Pagi hari kami mendapat informasi dari beberapa teman yang ikut pertemuan semalam bahwa kami akan berangkat ke Jeddah jam 10, sehingga bisa mampir di masjid dan sholat Jumat di Jeddah.
Namun kenyataannya, baru 4 orang yang siap di dalam bis. Rombongan baru siap sekitar jam 11 siang. Dan kami berangkat menuju Jeddah.
Belum lagi meninggalkan Mekkah, saya sudah rindu akan Masjidil Haram. Sepanjang perjalanan menuju masjid, saya mencoba memperhatikan jalan. Saya membaca tugu perbatasan “End of Haram Boundaries”, saya melihat masjid Tan’im (masjid yang digunakan untuk mengambil miqat untuk umroh ke-2 atau ke-3. Nabi dan sahabat tidak pernah melakukannya), Universitas King Abdul Aziz. Itu hanya sekelumit yang bisa saya tangkap dengan mata.
Kami tiba di bandara antara jam 1-2 siang. Sempat mampir ke terminal FlyDubai karena hendak menjemput seseorang, katanya. Bagasi bis kami sempat dibuka karena ada rombongan yang akan terbang dengan FlyDubai merasa kehilangan tasnya. Untunglah tasnya memang berada di bagasi bis kami. Kami terbang menuju Dubai dengan Flynas Air, Saudi Arabia low-cost airline.
Sambil menunggu saat check-in, kami sholat dan makan siang. Air zam zam 5 liter juga diambil di bandara dengan menunjukkan paspor. Satu paspor mendapatkan 5 liter air zamzam. Apabila ingin wrapping, satu kemasan seharga 7 SAR. Dan petugas tidak mau menggabungkan 2 pak menjadi satu kantong wrap.
Begitu check-in kami langsung masuk ke boarding room. Dan sambil menunggu waktu masuk pesawat, kami lihat-lihat toko-toko. Tidak ada yang menarik kecuali mainan bagi anak-anak. Satu anak beli kipas bertenaga baterai dari salah satu merk coklat, anak-anak lainpun merengek minta dibelikan.
Pintu belum lagi dibuka tetapi kami para calon penumpang sudah disuruh ngantri dengan ketersediaan tempat yang terbatas. Setelah berdiri sekitar 1 jam, akhirnya pintu dibuka. Kami bergerak perlahan menuju petugas.setelah melewati petugas, kami naik bis sebelum masuk pesawat.
Pesawat terbang sekitar jam 5.30, 30menit terlambat dari jadwal. Pak Pilot langsung tancap gas ngebut dan berbelok dengan kemiringan sangat tajam. Jangan-jangan sesungguhnya pilotnya adalah pilot pesawat tempur. Diinformasikan dari pengeras suara kalau penerbangan kali ini akan sangat cepat karena pesawat sudah terlambat dan agar kembali ke Jeddah dari Dubai tidak terlalu terlambat.
Entah jam berapa kami sampai Dubai. Tapi yang jelas, kami cukup jauh berjalan sampai pintu keluar dan menunggu bis menuju Abu Dhabi.
4 April 2015
Dalam perjalanan Dubai ke Abu Dhabi, kami sempat terlelap. Dan akhirnya kami sampai di KBRI Abu Dhabi sekitar jam 2 dini hari.
Untunglah pulang ke rumahnya kami bisa menumpang di mobil keluarga seorang teman, sehingga tak sampai 30 menit kemudian kami sudah sampai di rumah.
Nampaknya ada badai pasir selama kami pergi ditinggal, bertebaran pasir di flat tempat tinggal kami dan jendela kami dalam posisi terbuka saat kami tiba. Saya hanya membersihkan tempat tidur sekadarnya. Tole yang sudah terlelap sejak di dalam bis, tidak terbangun lagi ketika saya rebahkan di tempat tidur.
Alhamdulillah perjalanan kami lancar dan selamat sampai rumah kembali.
Selesai.