Belajar · buku · coretan · KLIP

Ulasan: Keluarga Cemara 1

Judul buku: Keluarga Cemara 1

Penulis: Arswendo Atmowiloto

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Jumlah halaman: 285

***

Pasti sudah banyak tahu mengenai film Keluarga Cemara yang ngehits di tahun 90an walaupun saya tidak memiliki ingatan yang kuat mengenai keseluruhan ceritanya.

Pada tahun 2019 film Keluarga Cemara juga ditayangkan di bioskop-bioskop di Indonesia. Tentunya dengan pemain-pemain yang berbeda dengan yang tayang di tahun 90an. Dan saya tidak menontonnya.

Beberapa hari yang lalu melihat ada buku Keluarga Cemara 1 tersedia di EPerpusdikbud. Tanpa piker panjang, saya langsung meminjamnya. Di EPerpusdikbud tersedia juga buku Keluarga Cemara 2 yang sedang saya pinjam. Entah akan berapa kali pinjam baru akan tuntas. Buku 1 saya tuntaskan setelah meminjam dua kali. Di EPerpusdikbud, durasi peminjaman 7 hari. Lebih panjang daripada di Ipusnas.

Baiklah, saya akan menceritakan tentang buku ini. Sudah banyak yang tahu secara garis besar isi cerita, maka saya anggap cerita saya di sini bukan spoiler ya. Hehehe

Dalam cerita ini kita mengenal sosok Abah yang sangat jujur dan teguh pendirian. Tadinya Abah ini adalah seorang pengusaha yang sukses dan kaya. Namun karena ditipu oleh keluarga sendiri jadilah Abah bangkrut dan pindah ke kampung di Tasikmalaya. Tanah yang ditempatinya kini, dulu dibeli Abah dengan tidak sengaja karena ingin membantu salah satu karyawan yang sedang membutuhkan uang.

Kalau di https://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Cemara_(film) disebutkan bahwa mereka pindah ke desa di Kabupaten Bogor. Dan tidak juga disebut pemeran Ara.

Ciri khas yang paling jelas dalam cerita ini adalah opak. Setiap hari Ema membuat opak dan Euis yang menjajakannya berkeliling kampung setiap hari. Euis adalah anak tertua dari Abah dan Ema. Euis memiliki adik bernama Cemara yang dipanggil Ara dan Ragil yang dipanggil Agil.

Sebagai anak tertua, Euis lah yang memiliki tanggung jawab lebih besar di rumah. Selain menjajakan opak, dia juga membantu mengurus adik-adiknya yang sering kali membuat ulah sehingga dia marah. Biar begitu dia tetap telaten menjalaninya.

Euis adalah satu-satunya anak yang masih sempat merasakan hidup sebagai orang kaya di Jakarta dengan segala kemewahannya. Namun pindah ke kampung dengan kehidupan yang sulit tidak membuatnya sedih berkepanjangan. Kebiasaan bersih pun masih dia bawa ketika tinggal di kampung. Sehingga dia tidak akan betah apabila apabila bagian rumah ada yang kotor. Misalnya ketika kamar mandi kotor atau pesing maka dia akan bersegera menyikat dan membersihkannya.

Tokoh yang paling kuat di sini adalah Abah. Dengan Abah, masalah apapun akan beres. Abah bisa menyelesaikan masalah anak-anaknya dengan hanya berbicara. Abah begitu bijaksana dalam bertutur. Abah begitu tegas menanamkan nilai-nilai kejujuran.

Abah keren, bisa melakukan segala pekerjaan tukang. Yang lebih keren lagi buat orang kampung adalah Abah bisa membetulkan mobil, mengendarai mobil, berbahasa Inggris, menyetel piano. Itu semua adalah bukti kalau sebenarnya Abah pernah kaya, pernah akrab dengan itu semua.

Buku ini terdiri dari tiga bagian (kalau saya tidak salah ingat). Dalam satu bagian ada beberapa cerita, mungkin sekitar sepuluh cerita. Yah beginilah kalau baca buku digital, suka malas membolak-balik halaman lagi. Yang sudah dibaca ya sudah. Tetap seru, kok. Saya suka, kisah sederhana namun sarat makna. Mau juga suatu saat nanti bisa membuat cerita sederhana yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dan sarat makna. Loh malah jadi curhat. Yang jelas harus belajar dulu. Hehehe

Sekarang saya sedang menuju buku Keluarga Cemara 2. Dan sepertinya saya akan bolak-balik pinjam di EPerpusdikbud karena ini sudah beberapa hari di device saya tetapi belum ada progres.

Yuk pinjam bukunya di EPerpusdikbud, mumpung belum rebutan. Hehehe

Leave a comment